Membaca
adalah bagian dari kegiatan sehari-hari seorang akademisi. . Karena itu, keterampilan membaca adalah suatu hal yang
mutlak perlu dimiliki agar seseorang dapat menjadi seorang akademisi yang
terampil dan produktif.
Membaca
untuk keperluan akademik pada umumnya dilakukan dalam hati, tidak dengan
bersuara. Karena itu klasifikasi pertama akan diabaikan, sedangkan untuk
klasifikasi kedua, McLeod menjelaskannya sebagai berikut (cetak tebal dan
miring dari sumbernya):
Within the category of silent reading, one encounters intensive
and extensive reading. Intensive reading is used to teach or practice
specific reading strategies or skills. The text is treated as an end in
itself. Extensive reading on the other hand, involves reading of large
quantities of material, directly and fluently. It is treated as a means
to an end. It may include reading reading simply for pleasure or reading
technical, scientific or professional material. This later type of text, more
academic, may involve two specific types of reading, scanning for key
details or skimming for the essential meaning. A relatively quick and efficient
read, either on its own or after scanning or skimming, will give a global or
general meaning.
Sementara itu Woodhouse
(2000), berbicara mengenai membaca karya-karya filsafat, memaparkan dua macam
kegiatan membaca:
1. Membaca untuk memahami
1.1 Membentuk gambaran awal
1.2 Menerapkan prinsip murah
hati
1.3 Membaca secara aktif
1.4 Mengaitkan bacaan dengan
ide-ide yang relevan
2. Membaca secara kritis
Dengan
pendekatan yang berbeda kepada dua jenis literatur yang berbeda pula, dari
pandangan-pandangan McLeod (n.d.) dan Woodhouse (2000) tersebut dapat dibentuk
sebuah
spektrum pendekatan cara membaca yang kini akan
dipaparkan lebih jauh. Hingga sejauh ini Anda sudah siap dengan bahan-bahan yang
akan Anda baca dan Anda juga sudah memahami berbagai jenis kegiatan yang
disebut sebagai “membaca”. Anda sudah siap untuk melakukan kegiatan membaca itu
sendiri. Hal pertama yang perlu Anda ingatkan kepada diri Anda sendiri adalah:
“Apa tujuan saya membaca ini?”
Walaupun
mungkin terdengar terlalu sederhana, tetapi ada saja orang-orang yang tidak
menyadari bahwa ketika kita membaca sebuah buku kita tidak diwajibkan untuk
membaca setiap kata pada buku itu; kita juga tidak diwajibkan untuk membaca
setiap paragraf di dalamnya; bahkan tidak perlu setiap bab juga kita baca. Itu
dilakukan saat orang membaca novel atau komik. Tetapi tidak saat membaca untuk
keperluan akademik. Dari pemaparan di atas, setidaknya kita bisa mengemukakan
beberapa tujuan membaca sebagai berikut:
Membaca untuk memahami
struktur tulisan.
Membaca untuk memahami isi
tulisan.
Membaca untuk mengkritisi
isi tulisan.
Ketiganya
adalah tujuan yang seringkali dijumpai dalam tugas-tugas akademik seorang
pelajar. Dengan tujuan yang berbeda, diperlukan sikap mental dan peralatan
mental yang berbeda pula. Karena itu, penting bagi Anda untuk memahami dan
berfokus pada tujuan Anda sejak awal mula Anda mulai membaca.
1. Membaca untuk memahami
struktur tulisan.
Jika Anda
membaca untuk memahami struktur tulisan, Anda perlu memfokukan perhatian Anda
pada kata-kata penghubung (karena, jika, maka, karena itu, sehingga, dengan
demikian, dsb.) yang membantu Anda memetakan hubungan antara bagian-bagian di
dalam kalimat tulisan Anda. Kata-kata penghubung ini serupa dengan sendi-sendi
pada tubuh – dengan memahami sendi-sendi itu Anda akan memahami seberapa jauh
bagian tubuh yang terikat padanya bisa berputar, ke arah mana ia bisa berputar
dan fungsi apa yang bisa dilakukannya. Demikian pula dengan memahami penggunaan
kata-kata sambung itu Anda akan sangat terbantu memahami struktur sebuah
tulisan tanpa harus membaca tulisan itu secara mendetail, kata demi kata.
2. Membaca untuk memahami
isi tulisan.
Ini adalah
jenis kegiatan membaca yang dilakukan untuk memperkenalkan diri kepada suatu
pengetahuan yang baru. Pembaca akan membuka dirinya kepada suatu perspektif dan
khazanah yang baru yang tidak terlalu dikenalnya sebelumnya. Dengan tujuan
seperti ini, biasanya pembaca membaca seluruh tulisan dengan kesiapan
mengakomodasi pengetahuan baru ini di dalam pikirannya. Di sinilah metode skimming
biasanya digunakan.
3. Membaca untuk mengkritisi
isi tulisan.
Kontras
dengan membaca untuk memahami isi tulisan, pada kegiatan ini pembaca melakukan
asesmen terhadap isi tulisan dan melakukan penilaian. Maka, ia pun harus siap
juga dengan pikirannya sendiri. Sulit memberikan penilaian kecuali sang penilai
memahami dengan jelas posisinya, bias-bias yang membatasinya, serta penggaris
yang akan dipakainya untuk membuat penilaian. Maka seorang pembaca yang hendak
mengkritisi isi sebuah tulisan pertama-tama perlu kritis dulu terhadap
pemikirannya sendiri sebelum ia bisa menghasilkan sebuah kritik yang baik. Pada
kegiatan membaca ini, seorang pembaca biasanya perlu mendalami isi tulisan
secara lebih mendetail daripada kedua jenis kegiatan membaca yang dipaparkan
terlebih dulu di atas.
Sikap Mental
Pendekatan
yang dilakukan saat memulai membaca sebuah tulisan serupa dengan pada proses
pemilihannya. Jangan langsung menerjunkan diri dan membacanya dari sampul ke
sampul. Biasanya Anda tidak akan punya waktu yang cukup berlimpah untuk
melakukan itu. Bayangkanlah diri Anda sedang mengamati satu area yang luas dari
sebuah helikopter. Kembali ingatkan diri Anda bagian mana yang Anda ingin
pelajari lebih dalam pada saat Anda memilih literatur ini, lalu turunlah dari
helikopter itu dan jelajahi daerah-daerah itu satu per satu. Dengan demikian
proses riset Anda akan lebih efisien.
Selanjutnya,
siapkan diri Anda untuk diperkaya dengan pandangan-pandangan sang penulis. Anda
tidak bisa mengharapkan bahwa pandangan penulis sepenuhnya sejalan dengan
pandangan Anda – kalaupun ya, Anda tetap harus bisa mempertanggungjawabkan
kenapa pandangan Anda sejalan. Tetapi, pada saat Anda menemukan diri Anda tidak
setuju dengan pandangan penulis, Anda perlu memiliki semacam “praduga tak
bersalah”. Tanyakan: “Bagaimana mungkin orang sepandai penulis ini mempunyai
pandangan yang demikian aneh dan konyol?” Sebelum Anda mengajukan
argumen-argumen Anda untuk menentang pendapatnya, cobalah sebaik mungkin dengan
sekuat pikiran Anda untuk memahami pendapatnya dan berdiri pada posisinya (bnd.
Covey, 2004). Woodhouse (2000, h. 140) mengatakannya demikian (cetak miring
ditambahkan):
Ketika kita berhadapan dengan bagian-bagian tulisan yang sulit
dimengerti, sangat mudahlah untuk menyimpulkan bahwa si penulis salah, bodoh,
dan sebagainya. Sikap adil dan bijaksana menuntut Anda agar menunda kekritisan
Anda sampai nanti. Karena pada tahap ini Anda terutama ingin memahami, maka
dalam hal muncul keraguan, Anda perlu menyediakan posisi yang menguntungkan
bagi si penulis. … Jika sekarang Anda menyediakan posisi yang menguntungkan
bagi si penulis, maka kritik Anda nantinya jauh lebih kuat karena telah
didasarkan pada kemungkinan interpretasi terbaik atas teks si penulis.
Keterampilan Mental
Setidaknya skimming
dan scanning adalah dua keterampilan dasar yang perlu Anda kuasai.
Secara singkatnya, sebagaimana dipaparkan McLeod (n.d.) dalam kutipan di atas, skimming
adalah membaca cepat untuk mendapatkan gambaran menyeluruh atas sebuah naskah
sedangkan scanning adalah membaca cepat untuk menemukan pokok-pokok
pikiran atau ideide tertentu di dalam naskah. Skimming serupa dengan
mengamati hutan dari helikopter yang dipaparkan di atas, sedangkan scanning
lebih menyerupai tindakan tim SAR dalam mencari korban sebuah kecelakaan.
Selain
keduanya, keterampilan lain yang penting Anda miliki adalah kemampuan mengenali
kata-kata kunci dalam sebuah naskah, bab, paragraf maupun kalimat untuk
menemukan pesan utama dalam sebuah tulisan. Dengan demikian, ketika Anda
mengulas maupun menanggapi tulisan tersebut, Anda menanggapi pesan-pesan
utamanya dan bukan pesan-pesan yang periferal belaka sifatnya. Penguasaan atas
keterampilan ini akan menentukan seberapa efektif karya Anda sebagai seorang
akademisi.
Pada
akhirnya dapat dipahami bahwa kegiatan membaca bukanlah sekedar memindai
serangkaian aksara tetapi melibatkan kegiatan mental dan fisik yang berawal
dari proses pemilihan sumber-sumber bacaan, pengondisian ruang dan diri,
kegiatan membaca itu sendiri, hingga akuntabilitas yang kelak perlu ditunjukkan
ketika hasil bacaan itu dikontribusikan ke dalam pemikiran sang pembaca ke
dalam sebuah karya yang baru. Karena itu, untuk menjadi pembaca yang terampil
dibutuhkan penguasaan sejumlah teknik yang telah dipaparkan di atas serta
proses pembiasaan.
Setelah
membaca tulisan ini, diharapkan Anda mulai melihat membaca sebagai sebuah
keterampilan yang tidak remeh, tetapi membutuhkan strategi, perencanaan dan
kematangan proses berpikir. Di dalam proses perkuliahan yang Anda akan hadapi
Anda akan dituntut untuk mengembangkan keterampilan berpikir Anda dan itu
artinya Anda ditantang untuk mengembangkan keahlian akademik Anda, termasuk di
antaranya membaca dan menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sebelumnya